Mengenang Kedigdayaan Derrick Rose Bersama Chicago Bulls

Foto: Nathaniel S. Butler/Getty Images

Derrick Rose, sekarang berstatus sebagai free agent setelah New York Knicks tidak tertarik untuk memperpanjang kontraknya, sekarang Rose masih tanpa tim, Milwaukee Bucks dikabarkan tertarik untuk mendapatkan jasanya.

Derrick Rose yang sekarang bukan Derrick Rose yang dulu, MVP termuda NBA, yang mengacak-acak pertahanan lawan dengan mudahnya dan menuntaskannya dengan layup akrobatik atau flashy dunk yang membuat penonton berdecak kagum, dia sekarang seolah menjadi pesakitan, cedera seolah menjadi teman setianya. 

Selama ini kita melihat kariernya melesat keatas tiba-tiba terjun bebas kebawah, bagaimana itu bisa terjadi? Kita akan melihat perjalanan karier kedigdayaan Derrick Rose bersama Chicago Bulls sebelum cedera mengubah segalanya

26 Juni 2008

Bulls memilih Derrick Rose di urutan pertama di NBA Draft 2008, ini merupakan kedua kalinya Bulls mendapat draft urutan pertama setelah Elton Brand yang sebelumnya dipilih tahun 1999 silam. Rose berkata bahwa bisa bermain untukChicago Bulls yang juga kota kelahirannya merupakan impian yang menjadi kenyataan.

28 Oktober 2008

Derrick Rose memulai debutnya di NBA sebagai seorang bersama Chicago Bulls di United Center, dia mencetak 11 poin, 9 assists dan 3 steals, di sepuluh game pertamanya Rose berhasil mencetak setidaknya 10 poin.

18 April 2009

Chicago Bulls berhasil maju ke playoff sekaligus debut Derrick Rose di playoff melawan juara bertahan NBA Boston Celtics, Rose yang saat itu masih berumur 20 tahun menunjukkan kemampuannya sebagai calon superstar Bulls selanjutnya dengan mencetak 36 poin dan 11 assist dengan 63 persen field goal dan membawa timnya menang di game 1.

Bulls berhasil menahan laju Celtics yang kala itu masih diperkuat big three Paul Pierce, Kevin Garnett dan Ray Allen hingga akhirnya kalah di game 7. Di playoff inilah Derrick Rose menunjukkan kapasitasnya sebagai salah satu point guard elit di NBA.

22 April 2009

Rose terpilih menjadi Rookie of The Year setelah mencatatkan rata-rata 16.8 poin dan 6.3 asiists per game di debutnya bersama Bulls. Point guard itu mendapat 111 voting urutan pertama jauh melampaui posisi kedua pemain Memphis Grizzlies O.J Mayo yang hanya meraih 5 voting urutan pertama Rookie of The Year.

28 Januari 2010

Rose terpilih menjadi allstar wilayah timur di tahun keduanya di NBA, menjadi pemain Bulls pertama yang terpilih allstar sejak Michael Jordan di tahun 1998. Di debut allstarnya, Rose mencetak 8 poin, 4 assist dan 3 steal dan membawa tim allstar timur menang 141-139 dari tim allstar barat.

17 Februari 2011

Derrick Rose berkembang menjadi pemain kaliber MVP di tahun ketiganya bersama Bulls, di pertengahan Februari 2011, Bulls menjamu San Antonio Spurs yang saat itu memiliki rekor kemenangan 46-9, Bulls menang 109-99 dengan Rose yang tampil luar biasa dengan 42 poin dari 18-28 tembakan yang merupakan poin tertinggi yang dicetak Rose selama kariernya.

3 Mei 2011

Di umur yang baru berusia 22 tahun, Rose menjadi NBA MVP setelah bermain luar biasa selama musim 2010-2011 dengan rata-rata 25 poin pergame dan 7.7 assist pergame dan membawa Bulls menduduki peringkat 1 klasemen wilayah timur.

Dia mengoleksi 113 dari 121 voting MVP, mengasapi kandidat lainnya seperti LeBron James, Dwight Howard, Kobe Bryant dan Kevin Durant dan salah satu dari dua pemain Bulls yang mendapatkan gelar MVP, tentu saja sang legenda Michael Jordan.

Penantian panjang fans setia Bulls akan penerus kejayaan Bulls pasca era Michael Jordan sepertinya akan segera berakhir dengan ikon baru mereka Derrick Rose.

21 Desember 2011

Chicago Bulls memberikan Derrick Rose kontrak senilai $95 juta selama lima tahun sebelum dimulainya NBA yang ditunda gara-gara adanya lockout. 

Kontrak besar itu menimbulkan munculnya aturan baru yang disebut "Derrick Rose Rule" yang artinya pemain dapat mengambil nilai kontrak sebesar 30 persen dari salary cap jika memenuhi persyaratan tertentu seperti masuk ke All-NBA Team, Defensive Player of The Year dan MVP.

Januari-April 2012

Chicago Bulls masih berada di papan atas klasemen wilayah timur, namun Rose tumbang di paruh kedua musim, dia absen 22 pertandingan dari 66 pertandingan yang dilakoni Bulls.

28 April 2012

Hari dimana karier Derrick Rose terjun bebas mulai terjadi, menjelang akhir pertandingan melawan Philadelphia 76ers di game 1 playoff ronde pertama, lutut kirinya mengalami cedera setelah melakukan drive di pertahanan 76ers.

Bulls mengabarkan bahwa pemain andalan mereka mengalami cedera ACL dan absen dalam waktu yang cukup lama.

22 November 2013

Setelah absen selama satu musim penuh di 2012-2013, Rose kembali mengalami cedera, kali ini di lutut kanannya, kali ini bukan ACL melainkan meniscus di lutut kanannya dan absen dan dia harus mengakhiri musim lebih awal, lagi.

Dari musim 2012 hingga 2014, Rose absen 154 dari 164 pertandingan yang dilakoni Bulls.

29 Oktober 2014

Kali ini kembalinya Rose ke arena tidak terlalu disambut gembira oleh orang-orang. Hubungan Rose dan timnya sedikit memburuk setelah dua tahun absennya Rose di banyak pertandingan. Rose yang dulu bukanlah rose yang mendapatkan MVP 2011 tiga tahun lalu.

Rose bermain lima kali dari 13 pertandingan pertama Bulls, dan 51 total pertandingan bersama Bulls. Dia terlihat lebih baik dari musim sebelumnya namun masih rentan cedera lagi.

24 Februari 2015

Untuk kedua kalinya dalam 15 bulan, Rose kembali mengalami cedera meniscus di kaki kanannya dan harus dioperasi, namun cedera itu tidak separah yang sebelumnya.

9 April 2015

Rose kembali bermain setelah absen sekitar dua bulan, dia melewatkan 20 pertandingan di musim reguler. Di playoff dia bermain 12 kali dan mencetak rata-rata 20.3 poin, 6.5 assist, dan 4.8 rebound.

Bulls tumbang di game 6 oleh Cleveland Cavaliers di semifinal wilayah timur.

12 April 2016

Tahun terakhir Derrick Rose di Bulls, mereka gagal lolos ke babak playoff meskipun Jimmy Butler bermain impresif sepanjang musim. Rose gagal tampil bagus di musim itu dan dibangkucadangkan di dua pertandingan terakhir.

Rose membukukan 16.4 poin dan 4.7 assist pergame di 66 pertandingan, penampilan terbanyak Rose setelah bermain 81 pertandingan di musim 2010-2011 dimana dia menang MVP.


Rose akhirnya ditrade ke New York Knicks dua bulan kemudian, dia bermain cukup solid di Knicks, setidaknya sedikit lebih baik dibandingkan dengan musim-musim terakhirnya di Bulls, namun di akhir musim Knicks tidak tertarik untuk memperpanjang masa bakti Rose, dia dipersilahkan untuk mencari tim baru.

Banyak yang bertanya-tanya apa jadinya jika Derrick Rose tidak mengalami cedera parah? Atau pelatih Bulls saat itu menarik keluar Rose sebelum kejadian itu terjadi? Mungkin dia sudah dua kali merebut MVP, atau cincin juara sudah berada di tangannya?

Jika seandainya itu terjadi mungkin Tim Duncan tidak akan memiliki cincin kelimanya, timnya LeBron James gagal masuk final entah itu Miami Heat atau Cleveland Cavaliers, Warriors tidak pernah juara atau Kevin Durant memutuskan untuk bergabung dengan Derrick Rose di Chicago seperti yang sudah-sudah, peta persaingan juara akan berbeda.

Di NBA apapun bisa terjadi, pemain yang bermain luar biasa semasa muda tiba-tiba mengalami cedera parah dan harus mengakhiri kariernya yang masih panjang, pemain yang dicap tidak akan menjadi superstar, menjadi pemain hebat dan membungkam para pengkritiknya, atau pemain yang hanya menjadi cadangan di tim kemudian memutuskan untuk pergi dan menjadi superstar di tim barunya.

Apapun tim yang akan dibelanya nanti, kita hanya bisa berharap agar karier Derrick Rose tidak berhenti di tengah jalan, bagaimanapun juga dia adalah salah satu point guard terbaik di NBA.


Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Mengenang Kedigdayaan Derrick Rose Bersama Chicago Bulls"